TBS Anjlok Dinas Perkebunan Melakukan Pembinaan Melalui Penyuluhan ke Kelompok Tani

TBS Anjlok Dinas Perkebunan Melakukan Pembinaan Melalui Penyuluhan ke Kelompok Tani

Spread the love

Pasaman Barat, Suaraparalegal.Com – Petani sawit mulai mengeluh dengan hasil TBS yang akhir akhir ini anjlok lebih dari dua bulan trakhir petani Kelapa Sawit di Kabupaten Pasaman Barat mengeluhkan berkurangnya hasil panen. Selain dampak mahalnya harga pupuk, cuaca panas saat ini juga menjadi salah satu faktor berkurangnya hasil panen petani.

“Pupuk mahal, hujan juga tidak kurun datang, akhirnya buah sawit jadi Trek, atau sawit tidak berbuah seperti biasanya,” kata Bonar salah seorang petani sawit di Kabupaten pasaman Barat Selasa (22/10/2024).

Bonar menjelaskan, jika hari panas seperti saat ini petani sawit tidak bisa untuk melakukan pemupukan sawit, Karena akan sia-sia pupuk tidak bisa diserap dengan baik oleh pohon kelapa sawit, sehingga semakin memperparah keadaan.

Menurut Bonar, saat ini hasil panen bisa berkurang hingga 50 persen dari biasanya. Jika normalnya ia bisa mendapatkan 1 ton lebih dalam satu hektar, saat ini, hanya mampu mendapatkan setengahnya saja.

Selain itu para petani juga semakin menyulitkan bagi para petani sawit terkhusus petani yang hanya memiliki lahan yang sedikit.

Seperti diketahui harga TBS di Mukomuko beberapa waktu lalu sempat menyentuh harga Rp. 2,700 per kilo gram, Namun harga itu terus bergerak turun hingga saat ini.

Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat pengepul di Pasaman Barat bertahan di kisaran Rp 2.270 per kilogram, sementara di pabrik mencapai Rp 2.830 per kilogram,hingga hari ini kata salah seorang pengumpul sawit Yang ada di Pasaman barat.

Harga TBS di tingkat bawah (pengepul) masih terus bertahan di kisaran Rp 2.700 – 2.800 per kilogram. Mestinya saat ini sudah bergerak naik,” ungkap Bonar, petani kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat.

Mirisnya, saat ini tanaman kelapa sawit di kawasan Pasaman Barat juga serentak mengalami penurunan hasil panen akibat faktor cuaca, Bahkan penurunan mencapai 50 persen, Fenomena ini menjadi ancaman baru bagi petani sawit, selain harga jual TBS yang senantiasa naik turun, Sementara biaya garap dan beli pupuk tetap tinggi.

Masa otrek ini biasanya cenderung berlangsung sampai lima bulan, bahkan bisa lebih, Dari seluruh tanaman yang ada, kini tidak sampai separuhnya yang berbuah. Ditambah harga jualnya juga sangat dibilang kurang mahal karna keadaan panen sawit yang trek keluhnya.

Ia berharap nasib petani kelapa sawit menjadi perhatian oleh pemerintah, dan standar harga jual terus diawasi Jangan sampai harga beli TBS saja dipatok secara sepihak oleh pengusaha/perusahaan Kemudian sewaktu-waktu jatuh lagi tanpa alasan yang jelas.

Usman menuturkan, dari sehamparan kebun sawit miliknya, seluas sekitar 1,5 hektare, kini hanya bisa menghasilkan 450 kilogram TBS tiap 20 hari sekali. Padahal idealnya harus diatas 1 ton.

Saat di konfirmasi kepala dinas perkebunan kabupaten Pasaman Barat melalui melalui Kabid penyuluhan, pengelolaan dan pemasaran, Ermin Damanik,S.p, menyampaikan memang akhir-akhir ini Hasil panen turun namun harga tetap stabil, pemerintah Pasaman Barat menekankan untuk petani sawit melakukan pembinaan terutama pemeliharaan kelapa sawit yang baik berupa pemupukan yg seimbang, pruning, dan teknis panen yang baik.

Pemupukan merupakan faktor penting yang harus dilakukan mengingat tanaman juga butuh pasokan makanan untuk proses pembentukan buah.

Namun disisi lain petani kekurangan modal untuk membeli pupuk dan juga terkadang ketersediaan pupuk yng langka dan harga yang tidak terjangkau.

Pemda akan melakukan pembinaan melalui penyuluhan ke kelompok tani yang dilaksanakan di kebun maupun di nagari.

“Kita sudah sampaikan kepada penyuluh agar selalu menyampaikan kepada kelompok tani agar melaksanakan pembinaan terhadap petani sawit yang ada, agar nantinya pertani sawit kita tidak terlalu merugi pengambilan (TBS ), kita dari pemerintah selalu komitmen untuk fokus dalam pembinaan terhadap petani sawit, yang merupakan ujung tombak kehidupan masyarakat Pasaman Barat,untuk lebih sejahtera untuk petani sawit yang ada,” Jelas Ermin Damanik.

(Hakimi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *