PROGRAM MAKAN SIANG GRATIS, DONI NUGROHO: HARUS MENGGUNAKAN MEKANISME YANG BAIK

PROGRAM MAKAN SIANG GRATIS, DONI NUGROHO: HARUS MENGGUNAKAN MEKANISME YANG BAIK

Spread the love

CIREBON, SuaraParalegal.com – (24/3/2024). Beberapa waktu lalu kita melangsungkan pesta demokrasi ialah rakyat memilih pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke depan pintu gerbang kemajuan melalui Pemilu Serentak 2024. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029.

Dalam beberapa kampanye terakhir Prabowo-Gibran menyampaikan program makan siang gratis, sehingga program makan siang gratis menjadi janji politik Prabowo-Gibran yang akan dilaksanakan ketika terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029.

Program makan siang gratis mengambil data dari Kementerian Kesehatan yaitu 70,5 juta penerima meliputi 22,3 juta balita, 7,7 Juta anak jenjang TK, 28 Juta anak jenjang SD dan 12,5 Juta anak jenjang Madrasah dan SMP.

Selain itu, program makan siang gratis rencananya akan dimulai pada tahun 2025 mendatang dengan besaran harga makan siang  Rp. 15.000 per-anak.

Kemudian, Pemberian makan siang gratis dilakukan secara bertahap (CNBC Indonesia, 2024). Program makan siang gratis bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak sekolah dan mengerakan ekonomi nasional.

Melihat data yang dicatat oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020 bahwa lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting, adapun itu 6,3 juta ialah anak usia dini berasal dari Indonesia (Eko, 2024).

Selain itu, menurut Center For Indonesian Polixy Studies (CIPS) bahwa ada 21 juta rakyat Indonesia yang kekurangan gizi dan 21,6% anak mengalami stunting (CNN Indonesia, 2023).

Kemudian hal ini diterangkan oleh United Nations Children’s Fund (UNICEF) bahwa stunting disebabkan oleh salah satunya ialah anak kekurangan gizi (Eko, 2024).

Oleh sebab itu, pemerintah akan terus berupaya memperbaiki masalah gizi bilamana tidak segera dilakukan pencegahan berdampak pada tumbuh kembang anak.

Dalam hal ini, Pemberian makan siang gratis harus dilakukan dengan mekanisme yang baik dikarenakan setiap anak memiliki kebiasaan makan yang berbeda sehingga anak akan memunculkan alasan yang bermacam-macam.

Hal tersebut juga dikatakan oleh Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) bahwa program makan siang gratis dengan menu yang disamaratakan pasti sangat sulit diterima anak dengan beragam alasan, yaitu tidak suka, alergi makanan tententu, dan sebagainya, sehingga diperlukan penyesuaian terhadap makanan yang akan diberikan kepada anak-anak, tidak dapat dipungkiri akan ada anak yang memiliki alergi makanan tertentu.

Jika melihat data dari World Allergy Organization pada tahun 2014 diperkirakan kasus alergi makanan terjadi pada 5% orang dewasa dan 8% pada anak-anak, sehingga harus cermat untuk mengetahui hal tersebut.

Untuk itu, diperlukannya pendataan anak-anak sebelum diberikannya makan siang gratis, hal tersebut dilakukan guna meminimalisir terbuangnya makanan akibat alergi atau ketidaksukaan anak.

Menurut pengamat politik DONI NUGROHO, S.IP Apabila pemberian makan siang dibuat oleh orang tua masing-masing anak, harus adanya sosialisasi agar orang tua memiliki pemahaman terkait gizi anak dikarenakan kebiasaan makan berpengaruh kepada capaian gizi.

Hal tersebut diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Syahroni dkk (2021) bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan capaian gizi anak, anak yang memiliki kebiasaan makan yang baik dapat terpenuhi kecukupan gizinya.

Pemenuhan gizi anak merupakan hal yang perlu dilakukan agar anak-anak terhindar dari stunting. Selain itu, juga anak-anak bisa memiliki kemampuan yang baik.

INDRA LALA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *